Thursday, September 8, 2011

Saat senja mulai terlahap perlahan oleh keserakahan malam.


Hari ini saya kehilangan selera hidup. Rasanya kepala ini dihantam oleh reruntuhan langit yang berjatuhan. Seperti orang yang terbaring koma dan divonis tidak ada harapan.

Perasaan yang tidak menentu... dan enggan memudar akibat keegoisan dari fase-fase kehidupan yang memaksa saya untuk menelan satu ton pil tanda tanya disaat dia dengan antengnya berjalan perlahan dan seketika berlarian membawa sekarung bernama teka teki. Saya tidak bisa hentikan perjalanannya menjelajahi bumi yang sama sekali tidak dihuni oleh saya. Apalagi mengajaknya pulang untuk kembali menyelesaikan novel berjudul masa depan yang belum kami tuntaskan.

Dia diculik oleh masa lalunya yang saya harap semua isinya hanya bunga bermekaran bukan duri yang lama-lama akan membunuhnya dengan lambat. Tentunya saya tidak akan rela, jika duka yang menjalar dalam setiap persendian ini hanya digunakan untuk membayar setiap tetes air mata penuh luka yang harus dia telan bulat-bulat seorang diri. Saya ingin menemaninya saat ini, menghadang semua bimbang dan dilema yang jejali isi kepala, walau mungkin akhir cerita dari sudut kamera kehidupan saya yang akan berakhir kelam. Tapi setidaknya, saya bisa yakinkan diri, dan pastikan bahwa dia terbang dengan ringan, tanpa bulu-bulu sayap yang berhamburan ke tanah, tanpa sayatan-sayatan keji yang membekas dipermukaan kulit ari....

No comments:

Post a Comment