Saturday, September 10, 2011


Jam 1 pagi tadi, seorang teman mengajak saya bertemu untuk sekedar berbincang-bincang ditemani dengan beberapa kaleng bir dan roko. Ada hadiah untuk hati yang galau, katanya. Dia mencoba untuk mengobati hati saya yang sedang meradang. Tapi mau apa dia kalau saya sengaja buka nganga ini luka?

Dia banyak mengeluarkan kata-kata, saya sedikit bicara. Saya tidak tau apa yang tengah dia ucapkan. Rasanya, semua suara-suara yang keluar dari mulutnya menembus isi kepala tanpa masuk lewat telinga. Kami terbaring beratapkan langit di bukit itu. Bukit yang waktu itu, pernah saya ceritakan pada pria yang sedang berada di dimensi lain saat ini. Pikiran jauh menerawang, apa yang satu bulan ini terekam berputar-putar di kepala. Semuanya! Dari A sampai Z.

Nampak dia mulai terganggu dengan tingkah laku saya, yang seolah-olah tidak berada disana. Dan saya pun baru tersadar setelah dia goyangkan badan saya seraya berkata "hey!". Saya hanya tersenyum dingin. Lantas saya bertanya "Hadiah apa yang tadi kamu janjikan itu??". Dia pun mengeluarkan sesuatu dari tempat kaca matanya, satu linting bercorak strawberry. "Ini, biar kamu ga murung terus. Biar kamu tersenyum senang. "

Dan saya pun tersenyum menunggu matahari....


No comments:

Post a Comment